Senin, 29 Oktober 2012

Film As One: Merubah Pandangan akan Hubungan Dua Korea.


Bukan karena gelombang hal yu sedang besar-besarnya di Indonesia alasan saya meriview film Korea Selatan ini, karena jujur saya tak begitu senang ikut mengandrungi budaya Korea yang sedang dipuja-puja sekarang. Film Korea selatan ini bukan tentang drama cinta-cinta’an yang sedang merebak di kalangan remaja tanah air, film ini tentang perjuangan, persahabatan lewat olah raga ping pong dan yang lebih utama dari film ini adalah merubah pandangan penonton akan hubungan Korea utara dan Korea selatan.

Berawal dari Hyeong Jeong Hwa, pemain ping pong putri terhebat se-Korea selatan, dalam China Asians Games tahun 1990 berhasil mengalahkan Lee Bun Hwi pemain ping pong putri dari Korea utara di semi final. Lalu di final Hyeong Jeong Hwa harus bertemu utusan China yang sudah lima kali berturut-turut mendapatkan medali emas dan benar saja Korea selatan harus bertekuk lutut dari China. Hyeong Jeong Hwa harus puas dengan mendapat medali perak.


Enam bulan kemudian Kejuaraan Dunia Tenis Meja di Chiba, Jepang di mulai, Hyeon Jeong Hwa berlatih keras untuk mendapatkan medali emas. Hyeon Jeong Hwa digambarkan sebagai perempuan muda cantik berkarakter kuat dan mempunyai tekat yang keras untuk memenangkan medali emas. Ia juga berjanji akan merubah warna perak dalam medalinya menjadi emas untuk bapaknya yang sedang tergolek sakit tak berdaya.



Sebelum keberangkatan ke Jepang tempat berlangsungnya pertandingan, Hyeon Jeong Hwa dan tim ping pong Korea selatan dikagetkan dengan keputusan negara Korsel untuk mengabungkan tim ping pong Korea selatan dan tim ping pong Korea utara, sontak hal tersebut menjadi permasalahan bagi tim Korea selatan, namun tentu saja mereka tak bisa berbuat apa-apa karena penggabungan tersebut adalah keputusan negara.


Sesampainya di bandara Narita Jepang, tim Korea selatan dan Korea utara bertemu. Hal yang menurut saya menarik terjadi di adegan ini, adalah bagaimana perbedaan kedua tim tersebut, Korea selatan dengan tim yang terlihat santai dan sangat akrab satu sama lain, sedangkan tim korea utara terlihat disiplin berbaris, tanpa ekspresi wajah dan sangat menuruti pengawasnya, perbedaan budaya terlihat kental antar dua Korea, 
Korea selatan dengan liberalnya dan utara dengan komunisnya.


Awalnya kedua tim memang sangat sulit untuk dapat bersatu dan sering terjadi cekcok satu sama lain, namun dengan berjalannya waktu dengan adanya terjadi hubungan asmara dan lain-lain membuat kedua tim menjadi sangat erat hubungannya, terutama antara Hyeon Jeong Hwa dan Lee Bun Hwi kedua pemain ping pong putri terbaik di negaranya.


Ada salah satu adegan menarik dalam film ini, ketika salah satu pemain Korea Selatan menghina presiden Korea utara. Salah satu pemain Korea utara tak terima dengan penghinaan presidennya tersebut dan sampai ingin menusuk leher pemain Korea selatan dengan sumpit. Terlihat bahwa betapa rakyat Korea begitu mencintai pemimpinnya dimanapun berada bahkan ada adegan yang menyerukan agar salah satu pemain Korea utara untuk pindah ke Korea selatan yang lebih bebas namun, pemain Korea utara tersebut menolaknya karena ia mencintai tanah airnya.


Film ini di angkat dengan apik oleh sutradara Moon Hyun Sung, tak lupa detail akan suasana dan gaya hidup tahun 90’an sangat terasa, bahkan awalnya saya mengira film As One adalah film lama. Sayang, akting para pemeran terasa begitu berlebihan terutama di scene terakhir, ekspresi tersebut begitu menganggu buat saya dan merontokan jalannya cerita yang sudah berjalan baik apalagi dengan pengambilan gambar yang terkadang terlalu dekat dengan wajah. Secara keseluruhan film As One sangat layak untuk di tonton dan film ini pun aman di tonton bersama keluarga, dimana film ini menyampaikan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk menang. 

3 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...